English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

PUISI GUS MUS/SAJAK ATAS NAMA


SAJAK ATAS NAMA
Ada yang atasnama Tuhan melecehkan Tuhan
Ada yang atasnama negara merampok negara
Ada yang atasnama rakyat menindas rakyat
Ada yang atasnama kemanusiaan memangsa manusia

Ada yang atasnama keadilan meruntuhkan keadilan
Ada yang atasnama persatuan merusak persatuan
Ada yang atasnama perdamaian mengusik kedamaian
Ada yang atasnama kemerdekaan memasung kemerdekaan

Maka atasnama apa saja atau siapa saja
Kirimlah laknat kalian
Atau atasnamaKu perangilah mereka!
Dengan kasih sayang!
Read Full...

Puisi Gus Mus/Cintamu

CINTAMU
bukankah aku sudah mengatakan kepadamu kemarilah
rengkuh aku dengan sepenuh jiwamu
datanglah aku akan berlari menyambutmu
tapi kau terus sibuk dengan dirimu
kalaupun datang kau hanya menciumi pintu rumahku
tanpa meski sekedar melongokku
kau hanya membayangkan dan menggambarkan diriku
lalu kau rayu aku dari kejauhan
kau merayu dan memujaku
bukan untuk mendapatkan cintaku
tapi sekedar memuaskan egomu
kau memarahi mereka
yang berusaha mendekatiku
seolah olah aku sudah menjadi kekasihmu
apakah karena kau cemburu buta
atau takut mereka lebih tulus mencintaiku
Pulanglah ke dirimu
aku tak kemana mana Read Full...

Puisi Gus Mus/Lirboyo

Lirboyo, Kaifa Hall....

Lirboyo,
Masihkah tebu-tebu berderet manis melambai di sepanjang jalan menyambut langkah gamang santri anyar menuju gerbangmu? Ataukah seperti di mana-mana pabrik-pabrik dan bangunan bangunan bergaya spanyolan yang angkuh dan genit menggantikannya?

Lirboyo,
Masikah mercusuar-mercuar petromak sepembuluh bambu setia menemani para santri barsaharul layali? Ataukah seperti di mana-mana neon-neon kebiruan yang berjaga kini seperti bola-bola lampu menggantikan teplok-teplok gothakan?

Lirboyo,
Masihkah shorof dan i'lal dihafal diserambi, dapur dan pematang? Dan senandung alfiah membuai merdu? Ataukah seperti di mana-mana santri lebih suka menghafal lagu-lagu dan alunan dangdut dari transistor modern masa kini?

Lirboyo,
Masihkah musyawarah pendalaman ilmu dan halaqoh-halaqoh menghidupkan malam-malam penuh ghirah dan himmah? Ataukah seperti di mana-mana diskusi-diskusi sarat ietilah tanpa kelanjutan dinilai lebih bergengsi dan bergaya?

Lirboyo,
Masihkah sari-sari pikiran al Ghazaly dikaji sore dan setiap saat dicontohkan dalam perilaku Bapak Kiai? Ataukah seperti di mana-mana penggalan-penggalan kata-kata mutiara dianggap lebih bermakna salam kaligrafi dan majalah-majalah?

Lirboyo,
masihkah santri-santri bersama-sama melakukan sholat setiap waktu dalm derajat ganjaranya yang berlipat da puluh tujuh? Ataukah seperti di mana-mana orang merasa tak punya waktu sibuk memburu saat-saat kesendirian untuk diri sendiri?

Lirboyo,
Masihkah Mbah Manab, Mbah Marzuqi, dan Mbah Mahrus memercikkan tsawab berkah dala, suksesi ilmu dan amaliyah? Ataukah di mana-mana mereka tidak punya arti apa-apa kecuali buat dikenang sesekali dalam upacara haul yang gegap gempita?

Lirboyo,
Masihkah senggotmu tersa berat bagi penimbanya? Ataukah lebih beraat lagi?

Lirboyo,
Kaifa Hal? Bagaimana kabar Gus Idris, Gus War, Gus Imam, Gus Maksum?

Lirboyo,
Di mana-mana ada lirboyo
Di mana-mana ada Mbah Manab
Di mana-mana ada Mbah Marzuqi
Di mana-mana ada Mbah Mahrus
Dari senggotmu mereka menimba

Lirboyo,
Aku Rindu Kau...!!! Read Full...

Puisi Gus Mus/Puisi Kemerdekaan

Rasanya Baru Kemarin (Versi X)
25 Agustus 2005 22:52:53

Rasanya
Baru kemarin Bung Karno dan Bung Hatta
Atas nama kita menyiarkan dengan seksama
Kemerdekaan kita di hadapan dunia. Rasanya
Gaung pekik merdeka kita
Masih memantul-mantul tidak hanya
Dari para jurkam PDI saja. Rasanya
Baru kemarin.
Padahal sudah enam puluh tahun lamanya.


Pelaku-pelaku sejarah yang nista dan mulia
Sudah banyak yang tiada. Penerus-penerusnya
Sudah banyak yang berkuasa atau berusaha
Tokoh-tokoh pujaan maupun cercaan bangsa
Sudah banyak yang turun tahta
Taruna-taruna sudah banyak yang jadi
Petinggi negeri
Mahasiswa-mahasiswa yang dulu suka berdemonstrasi
Sudah banyak yang jadi menteri dan didemonstrasi.

Rasanya
Baru kemarin
Padahal sudah lebih setengah abad lamanya.

Petinggi-petinggi yang dulu suka korupsi
Sudah banyak yang meneriakkan reformasi.
Tanpa merasa risi

Rasanya baru kemarin
Rakyat yang selama ini terdaulat
sudah semakin pintar mendaulat
Pejabat yang tak kunjung merakyat
pun terus dihujat dan dilaknat

Rasanya baru kemarin
Padahal sudah enam puluh tahun lamanya

Pembangunan jiwa masih tak kunjung tersentuh
Padahal pembangunan badan
yang kemarin dibangga-banggakan
sudah mulai runtuh

Kemajuan semu masih terus menyeret dan mengurai
pelukan kasih banyak ibu-bapa
dari anak-anak kandung mereka
Krisis sebagaimana kemakmuran duniawi
Masih terus menutup mata
banyak saudara terhadap saudaranya

Daging yang selama ini terus dimanjakan
kini sudah mulai kalap mengerikan
Ruh dan jiwa
sudah semakin tak ada harganya

Masyarakat yang kemarin diam-diam menyaksikan
para penguasa berlaku sewenang-wenang
kini sudah pandai menirukan

Tanda-tanda gambar sudah semakin banyak jumlahnya
Semakin bertambah besar pengaruhnya
Mengalahkan bendera merah putih dan lambang garuda
Kepentingan sendiri dan golongan
sudah semakin melecehkan kebersamaan

Rasanya
Baru kemarin
Padahal sudah lebih setengah abad kita merdeka.

Pahlawan-pahlawan idola bangsa
Seperti Pangeran Diponegoro
Imam Bonjol, dan Sisingamangraja
Sudah dikalahkan oleh Sin Chan, Baja Hitam
dan Kura-kura Ninja

Banyak orang pandai sudah semakin linglung
Banyak orang bodoh sudah semakin bingung
Banyak orang kaya sudah semakin kekurangan
Banyak orang miskin sudah semakin kecurangan

Rasanya
Baru kemarin

Tokoh-tokoh angkatan empatlima
sudah banyak yang koma
Tokoh-tokoh angkatan enamenam sudah
banyak yang terbenam
Tokoh-tokoh angkatan selanjutnya
sudah banyak yang tak jelas maunya

Rasanya
Baru kemarin

(Hari ini ingin rasanya
Aku bertanya kepada mereka semua
Sudahkah kalian
Benar-benar merdeka?)

Rasanya
Baru kemarin

Negeri zamrud katulistiwaku yang manis
Sudah terbakar nyaris habis

Dilalap krisis dan anarkis

Mereka yang kemarin menikmati pembangunan
Sudah banyak yang bersembunyi meninggalkan beban
Mereka yang kemarin mencuri kekayaan negeri
Sudah meninggalkan utang
dan lari mencari selamat sendiri

Mereka yang kemarin
sudah terbiasa mendapat kemudahan
Banyak yang tak rela sendiri kesulitan
Mereka yang kemarin mengecam pelecehan hukum
Kini sudah banyak yang pintar melecehkan hukum

Rasanya baru kemarin
Padahal sudah lebih setengah abad kita merdeka

Mahasiswa-mahasiswa yang penjaga nurani
Sudah dikaburkan oleh massa demo yang tak murni
Para oportunis pun mulai bertampilan
Berebut menjadi pahlawan
Pensiunan-pensiunan politisi
Sudah bangkit kembali
Partai-partai politik sudah bermunculan
Dalam reinkarnasi

Rasanya
Baru kemarin

Para seniman sudah banyak yang senang berpolitik
Para agamawan sudah banyak yang pandai main intrik
Para wartawan sudah banyak yang pintar bikin trik-trik

Rasanya
Baru kemarin

Tokoh-tokoh orde lama
sudah banyak yang mulai menjelma
Tokoh-tokoh orde baru
sudah banyak yang mulai menyaru

Rasanya
Baru kemarin

Pak Harto yang kemarin kita tuhankan
Sudah menjadi pesakitan yang sakit-sakitan
Bayang-bayangnya sudah berani pergi sendiri
Atau lenyap seperti disembunyikan bumi
Tapi ajaran liciknya sudah mulai dipraktekkan
Oleh tokoh-tokoh yang merasa tertekan

Rasanya baru kemarin

Habibie dan Gus Dur sudah mencoba sebentar
Menduduki kursi kekuasaan yang terlantar
Megawati yang mendapat giliran dan sudah berusaha
Sekuat tenaga gagal memperpanjang kuasa

SBY yang menggantikan kekuasaan
Terus dicoba cobaan demi cobaan
Jusuf Kalla sudah menggantikan Hamzah Haz di istana
Sambil menggantikan Akbar Tanjung di Golongan Karya

Saifullah Yusuf dan Alwi Syihab sudah menjadi menteri
Meski berbuntut pertikaian dalam partai sendiri
Tokoh-tokoh KPU yang dituding sering memperlihatkan arogansi
Malah banyak yang menjadi terdakwa kasus korupsi

Mantan-mantan calon dalam pilpres dan pilkada
Banyak yang masih tak bisa menerima kenyataan yang ada
Banyak yang demam pesta demokrasi
Ternyata belum bisa menghayati demokrasi

Rasanya baru kemarin

Partai-partai politik sudah menjadi rebutan
Para pemimpinnya sendiri yang melihat kesempatan
Tanpa peduli warga mereka yang rentan
Ormas-ormas pun banyak yang seperti tak tahan
Melihat iming-iming kekuasaan

Rasanya baru kemarin

Wakil-wakil rakyat yang kemarin hanya tidur
Kini sudah pandai mengatur dan semakin makmur
Bahkan rakyat tak perlu lagi berkelahi dan memperkaya diri
Karena wakil-wakil mereka sudah mewakili dengan baik sekali

Insan-insan pers yang kemarin seperti burung onta
Kini sudah pandai menembakkan kata-kata

(Hari ini ingin rasanya
Aku bertanya kepada mereka semua
Bagaimana rasanya
Merdeka?)

Rasanya
Baru kemarin
Padahal sudah enam puluh tahun kita
Merdeka.

Para jenderal dan pejabat sudah saling mengadili
Para reformis dan masyarakat sudah nyaris tak terkendali
Mereka yang kemarin dijarah
Sudah mulai pandai meniru menjarah
Mereka yang perlu direformasi
Sudah mulai fasih meneriakkan reformasi
Mereka yang kemarin dipaksa-paksa
Sudah mulai berani mencoba memaksa

Mereka yang selama ini tiarap ketakutan
Sudah banyak yang muncul ke permukaan
Mereka yang kemarin dipojokkan
Sudah mulai belajar memojokkan
Mereka yang kemarin terbelenggu
Sudah mulai lepas kendali melampiaskan nafsu
Mereka yang kemarin giat mengingatkan yang lupa
Sudah mulai banyak yang lupa

Rasanya baru kemarin
Ingin rasanya aku bertanya kepada mereka semua
Tentang makna merdeka

Rasanya baru kemarin

Pakar-pakar dan petualang-petualang negeri
Sudah banyak yang sibuk mengatur nasib bangsa
Seolah-olah Indonesia milik mereka sendiri
Hanya dengan meludahkan kata-kata

Rasanya baru kemarin

Dakwah mengajak kebaikan
Sudah digantikan jihad menumpas kiri-kanan
Dialog dan diskusi
Sudah digantikan peluru dan amunisi

Rasanya baru kemarin

MUI yang didirikan untuk mendukung rezim lama
Kini sudah mencoba menjelma orsospol ulama
Pendukung-pendukung Islam
Sudah semakin berani mencemari Islam

Masyarakat Indonesia yang berketuhanan
Sudah banyak yang kesetanan
Bendera merahputih yang selama ini dibanggakan
Sudah mulai dicabik-cabik oleh dendam dan kedengkian

Aceh semakin merana
Ambon dan Papua terus terlena
Bangsaku yang sejak dulu dipuja-puja
Kini selalu dihina-hina

Rasanya baru kemarin

Orangtuaku sudah lama pergi bertapa
Anak-anakku sudah pergi berkelana
Kakakku dan beberapa kawanku sudah berhenti menjadi politikus
Aku sendiri masih tetap menjadi tikus

(Hari ini
setelah enam puluh tahun kita merdeka
ingin rasanya aku mengajak kembali
mereka semua yang kucinta
untuk mensyukuri lebih dalam lagi
rahmat kemerdekaan ini
dengan mereformasi dan meretas belenggu tirani
diri sendiri
bagi merahmati sesama)

Rasanya baru kemarin
Ternyata sudah enam puluh tahun kita
Merdeka

(Ingin rasanya
aku sekali menguak angkasa
dengan pekik yang lebih perkasa:
Merdeka!) Read Full...

Puisi Gus Mus/Ada Apa Dengan Kalian

ADA APA DENGAN KALIAN
Kalian sibuk mengujarkan dan mengajarkan kalimat syahadat
Sambil terus mensekutukan diri kalian dengan Tuhan penuh semangat
Berjihad di jalan kalian
Berjuang menegakkan syariat kalian
Memerangi hamba hambaNya yang seharusnya kalian ajak ke jalanNya
Seolah olah kalian belum tahu bedanya
Antara mengajak yang diperintahkanNya
Dan memaksa yang dilarangNya

Kalian kibarkan Rasulurrahmah Al Amien dimana mana
Sambil menebarkan laknatan lil'aalamien kemana mana

Ada apa dengan kalian?

Mulut kalian berbuih akhirat
Kepala kalian tempat dunia yang kalian anggap nikmat

Ada apa dengan kalian?

Kalian bersemangat membangun masjid dan mushalla
Tapi malas memakmurkannya

Kalian bangga menjadi panitia zakat dan infak
Seolah olah kalian yang berzakat dan berinfak
Kalian berniat puasa di malam hari
Dan iman kalian ngeri
Melihat warung buka di siang hari
Kalian setiap tahun pergi umrah dan haji
Tapi kalian masih terus tega berlaku keji

Ada apa dengan kalian?

Demi menjaga tubuh dan perut kaum beriman dari virus keharaman
Kalian teliti dengan cermat semua barang dan makanan
Bumbu penyedap, mie, minyak, sabun, jajanan.
Rokok dan berbagai jenis minuman
Alkohol, minyak babi dan nikotin adalah najis dan setan
Yang mesti dibasmi dari kehidupan
Untuk itu kalian
Tidak hanya berkhotbah dan memasang iklan
Bahkan menyaingi pemerintah kalian
Menarik pajak produksi dan penjualan
Dan agar terkesan sakral
Kalian gunakan sebutan mulia, label halal

Tapi agaknya kalian melupakan setan yang lebih setan
Najis yang lebih menjijikkan
Virus yang lebih mematikan
Daripada virus alkohol, nikotin dan minyak babi
Bahkan lebih merajalela daripada epidemi

Bila karena merusak kesehatan, rokok kalian benci
Mengapa kalian diamkan korupsi yang merusak nurani
Bila karena memabokkan, alkohol kalian perangi
Mengapa kalian biarkan korupsi
Yang kadar memabokkannya jauh lebih tinggi?
Bila karena najis, babi kalian musuhi
Mengapa kalian abaikan korupsi
Yang lebih menjijikkan
Ketimbang kotoran seribu babi

Ada apa dengan kalian?

Kapan kalian berhenti membanguan kandang kandang babi
Di perut dan hati kalian dengan merusak kanan-kiri?
Sampai kalian mati dan dilaknati? Read Full...

Puisi Gus Mus/Gelap Berlapis Lapis

GELAP BERLAPIS LAPIS
di dalam rumahku
sendiri
aku seperti nabi yunus
dalam perut ikan nun
dalam gelap relung laut
dalam gelap malam berkabut
dalam gelap hati
gelap berlapis lapis
memperdasyat sepi
o, bunda
siapakah mewariskan
berlapis lapis gelap
membalut diri
sedang aku kau lahirkan
dari cahaya cintamu
o, Tuhan
laa ilaaha illa anta
subhaanaka
innie kuntu minadh dhaalimien
hanya kepadamu wahai maha cahaya
di atas segala cahaya
kuadukan gelap berlapis lapis
termasuk bayang bayang
kebodohan sendiri
wahai mahasuci
pancarkanlah cahaya sucimu
yang pernah mensinarkan
berlapis lapis gelap
yang mengurung nabimu
laa ilaaha illa anta subhaanaka
innie kuntu minadh dhaalimien Read Full...

Puisi Gus Mus/Pencuri

PENCURI
Ada yang dicuri dari diriku
Sesuatu yang membuatku
Kemudian pun jadi pencuri
Diam diam dan terus menerus dicuri
dariku apa yang bisa dicuri
Diam diam dan terus menerus kucuri

apa yang bisa kucuri
Malam pun menjadi sahabat
Malu menjadi laknat.
Rasa ragu menjadi pengganggu
Rasa rindu menjadi penunggu
Aku dicuri setiap saat
Aku mencuri setiap sempat
Setiap kali
Dicuri diriku
Kucuri diriku
Sendiri. Read Full...

Puisi Gus Mus/Kalau Kau Sibuk Kapan Kau Sempat

KALAU KAU SIBUK KAPAN KAU SEMPAT
Kalau kau sibuk berteori saja
Kapan kau sempat menikmati mempraktekkan teori?
Kalau kau sibuk menikmati praktek teori saja
Kapan kau sempat memanfaatkannya?
Kalau kau sibuk mencari penghidupan saja
Kapan kau sempat menikmati hidup?
Kalau kau sibuk menikmati hidup saja
Kapan kau hidup?
Kalau kau sibuk dengan kursimu saja
Kapan kau sempat memikirkan pantatmu?
Kalau kau sibuk memikirkan pantatmu saja
Kapan kau menyadari joroknya?
Kalau kau sibuk membodohi orang saja
Kapan kau sempat memanfaatkan kepandaianmu?
Kalau kau sibuk memanfaatkan kepandaianmu saja
Kapan orang lain memanfaatkannya?
Kalau kau sibuk pamer kepintaran saja
Kapan kau sempat membuktikan kepintaranmu?
Kalau kau sibuk membuktikan kepintaranmu saja
Kapan kau pintar?
Kalau kau sibuk mencela orang lain saja
Kapan kau sempat membuktikan cela-celanya?
Kalau kau sibuk membuktikan cela orang saja
Kapan kau menyadari celamu sendri?
Kalau kau sibuk bertikai saja
Kapan kau sempat merenungi sebab pertkaian?
Kalau kau sibuk merenungi sebab pertikaian saja
Kapan kau akan menyadari sia-sianya?
Kalau kau sibuk bermain cinta saja
Kapan kau sempat merenungi arti cinta?
Kalau kau sibuk merenung arti cinta saja
Kapan kau bercinta?
Kalau kau sibuk berkutbah saja
Kapan kau sempat menyadari kebijakan kutbah?
Kalau kau sibuk dengan kebijakan kutbah saja
Kapan kau akan mengamalkannya?
Kalau kau sibuk berdzikir saja
Kapan kau sempat menyadari keagungan yang kau dzikiri?
Kalau kau sibuk dengan keagungan yang kau dzikiri saja
Kapan kau kan mengenalnya?
Kalau kau sibuk berbicara saja
Kapan kau sempat memikirkan bicaramu?
Kalau kau sibuk memikirkan bicaramu saja
Kapan kau mengerti arti bicara?
Kalau kau sibuk mendendangkan puisi saja
Kapan kau sempat berpuisi?
Kalau kau sibuk berpuisi saja
Kapan kau akan memuisi?
(Kalau kau sibuk dengan kulit saja
Kapan kau sempat menyentuh isinya?
Kalau kau sibuk menyentuh isinya saja
Kapan kau sampai intinya?
Kalau kau sibuk dengan intinya saja
Kapan kau memakrifati nya-nya?
Kalau kau sibuk memakrifati nya-nya saja
Kapan kau bersatu denganNya?)
“Kalau kau sibuk bertanya saja
Kapan kau mendengar jawaban!” Read Full...

Puisi Gus Mus/Hanien

HANIEN
mestinya malam ini
bisa sangat istimewa
seperti dalam mimpi-mimpiku
selama ini
kekasih, jemputlah aku
kekasih, sambutlah aku
aku akan menceritakan kerinduanku
dengan kata-kata biasa
dan kau cukup tersenyum memahami deritaku
lalu kuletakkan kepalaku yang penat
di haribaanmu yang hangat
kekasih, tetaplah di sisiku
kekasih, tataplah mataku
tapi seperti biasa
sekian banyak yang ingin kukatakan tak terkatakan
sekian banyak yang ingin kuadukan
diambilalih oleh airmataku
kekasih, dengarlah dadaku
kekasih, bacalah airmataku
malam ini belum juga
seperti mimpi-mimpiku
selama ini
malam ini
lagi-lagi kau biarkan sepi
mewakilimu. Read Full...

Puisi Gus Mus/Kau Ini Bagaimana

KAU INI BAGAIMANA
Kau ini bagaimana
Atawa Aku harus bagaimana
Kau ini bagaimana
Kau bilang aku merdeka
Kau memilihkan untukku segalanya
Kau suruh aku berpikir
Aku berpikir, kau tuduh aku kapir
Aku harus bagaimanaKau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigai
Kau bilang jangan banyak tingkah. Aku diam saja, kau waspadai
Kau ini bagaimana
Kau suruh aku memegang prinsip.
Aku memegang prinip kau tuduh aku kaku..
Kau suruh aku tolerant
Aku tolerant, Kau bilang aku plin-plan
Aku harus bagaimana
Aku Kau suruh maju, aku mau maju kau srimpung kakiku
Kau suruh aku bekerja
Aku bekerja…kau ganggu aku
kau ini bagaimana
Kau suruh aku taqwa, khotbah keagamaanmu membuat ku sakit jiwa
Kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnya
Aku harus bagaimana
Aku Kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya
Aku Kau suruh berdisisplin
Kau menyontohkan yang lain
Kau ini bagaimana
Kau bilang tuhan sangat dekat
Kau sendiri memanggil-manggilnya dengan pengeras suara setiap saat
Kau bilang kau suka damai, kau ajak aku setiap hari bertikai
Aku harus bagaimana
Aku Kau suruh membangun, aku membangun kau meruskkanya
Aku Kau suruh menabung,aku menabung kau menghabiskannya
Kau ini bagaimana
Kaus suruh aku menggarap sawah, sawahku kau tanami rumah-rumah
Kau bilang aku harus punya rumah
Aku punya Rumah kau meratakannya dengan tanah
Aku harus bagaimana..
Aku kau larang berjudi..
Permainan spekulasimu menjad-jadi
Aku Kau suruh betanggung jawab..
Kau sendiri terus berucap wallahu a’lam bishowab
Kau ini bagaimana
Kau suruh aku jujur ,aku jujur kau tipu aku
Kau suruh aku sabar, aku sabar kau injak tengkukku
Aku harus bagaimana
Aku Kau suruh memilihmu sebagai wakilku, sudah kupilih kau bertindak sendiri semaumu
Kau bilang kau selalu memikirkanku, aku sapa saja kau merasa terganggu
Kau ini bagaimana
Kau bilang bicaralah, aku bicara kau bilang aku ceriwisss
Kau bilang jangan banyak bicara. Aku bungkam , kau tuduh aku apatis
Aku harus bagaimana
Kau bilang kritiklah
Aku kritik kau marah
Kau bilang carikan alternatifnya, aku kasih alternatif, kau bilang jangan mendikte saja
Kau ini bagaimana
Aku bilang terserah kau
Kau tidak mau
Aku bilang terserah kita
Kau tak suka
Aku bilang terserah aku
kau memakiku
Kau ini bagaimana….. Read Full...

Puisi Gus Mus/Sujud

SUJUD

Bagaimana kau hendak bersujud pasrah, sedang
Wajahmu yang bersih sumringah,
Keningmu yang mulia dan indah begitu pongah
Minta sajadah agar tak menyentuh tanah
Apakah kau melihatnya seperti iblis saat menolak
Menyembah bapamu dengan congkak
Tanah hanya patut diinjak, tempat kencing dan berak,
membuang ludah dan dahak
atau paling jauh hanya lahan pemanjaan nafsu serakah dan tamak
Apakah kau lupa bahwa
tanah adalah bapa dari mana ibumu dilahirkan
Tanah adalah ibu yang menyusuimu dan memberi makan
Tanah adalah kawan yang memelukmu dalam kesendirian
dalam perjalanan panjang menuju keabadian
Singkirkan saja sajadah mahalmu
Ratakan keningmu
Ratakan heningmuTanahkan wajahmu
Pasrahkan jiwamu
Biarlah rahmat agungAllah membelaimu dan
Terbanglah kekasih. Read Full...
 

Free Blog Templates

Powered By Blogger

Blog Tricks

Powered By Blogger

Easy Blog Tricks

Powered By Blogger
© Grunge Theme Copyright by KOMPONEN SASTRA | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks